Bagaimana bisa Candi-candi bahkan Borobudur, tersembunyi tanpa ada orang yang mengetahuinya selama berabad-abad..?

SUARATORAJA --Tidak semua candi itu dalam keadaan tersembunyi sehingga dibutuhkan ekskavasi untuk menampilkannya kembali sehingga diketahui masyarakat luas.


Candi-candi berukuran besar seperti Borobudur, Prambanan, Sewu, Plaosan, dan lain sebagainya diketahui oleh orang-orang Jawa pada masa lalu. Bahkan orang Jawa juga hidup di sekitarnya. Akan tetapi kondisi candi dapat dikatakan rusak karena ditelantarkan oleh masyarakatnya. Pasalnya pendukung bangunan suci itu sudah tidak ada lagi karena orang Jawa bedol kepercayaan.


Candi-candi besar di Jawa hanya ditemukan kembali (rediscovered) oleh orang-orang Eropa tanpa membutuhkan adanya ekskavasi yang mencakup semua kawasan kompleks candi. Candi Borobudur pada masa lalu sudah diketahui keberadaannya oleh orang-orang Jawa. Bahkan orang Jawa di sekitarnya membikin mitos untuk tidak mengunjungi candi karena pasti bakal mati disebabkan "ksatria terpenjara".


Saat Tan Jin Sing atau K.R.T. Secadiningrat yang mana menjabat Bupati Yogyakarta melaporkan pada Raffles tentang Borobudur, candi itu sudah diketahui keberadaannya sejak lama oleh orang-orang Jawa. H.C. Cornelius saat sampai di Borobudur hanya melakukan pembersihan dengan menebangi pepohonan yang menutupi candi.


Candi di sekitar Prambanan bahkan pada masa lalu juga kerap menjadi ajang pertempuran. Salah satu pertempuran di sekitar Prambanan melibatkan Panembahan Senapati melawan Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir. Batu-batu candi juga digunakan sebagai bahan perbentengan.


Candi-candi di sepanjang ruas Jogja-Solo yang masih berdiri tegak atau runtuh sebagian sudah sejak masa lalu diketahui keberadaannya oleh orang Jawa. Akan tetapi mereka ini memang tidak menaruh perhatian karena dianggap sebagai tempat "wingit" atau angker yang dihuni makhluk halus. Hal ini kemudian berubah ketika orang-orang Eropa yang mengeksplorasi ruas Jogja-Solo menemukan kembali candi-candi dan melakukan pemugaran disamping penjarahan artefak.


Keadaan candi-candi besar pada masa penemuannya kembali dapat dikatakan seperti kawasan percandian Angkor Wat pada masa sekarang di mana ditumbuhi tanaman seperti lumut hingga batunya dililit akar pohon. Penanganan pemugaran oleh Inggris dan kemudian Hindia-Belanda memang berbeda dengan Prancis di Indo-Cina di mana tetap mempertahankan akar pohon dengan alasan estetika disamping menjelaskan perkembangan bangunan itu sendiri. Akibatnya konservasi akan jadi lebih mahal.


Pemerintah Inggris yang dipengaruhi oleh pemugaran di India berusaha menampakkan bangunan candi sebagaimana aslinya. Pemugaran Borobudur kemudian diteruskan oleh J.W. Ijzerman lewat Archeologische Vereniging Yogyakarta atau Perkumpulan Arkeologi Yogyakarta.


Kebijakan ini kemudian diikuti oleh Hindia-Belanda lewat Dinas Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah kepemimpinan F.D.K. Bosch yang memulai banyak memugar candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mengembalikan lagi sebagaimana aslinya.


Bosch sempat berbeda pendapat dengan pemimpin OD sebelumnya, N.J. Krom, soal pemugaran. N.J. Krom menghendaki pemugaran "di atas kertas" saja karena jika candi dikembalikan kemegahannya maka berpotensi akan menimbulkan sentimen naiknya kebanggaan dalam diri orang Jawa atas mahakarya leluhurnya yang dapat membahayakan tujuan kolonial. Bosch akhirnya memenangkan polemik ini dan memugar setiap candi untuk tujuan pariwisata di Jawa yang sudah semakin merangkak maju dengan kehadiran jaringan kereta api yang menghubungkan kota-kota penting di Jawa seperti Batavia-Semarang-Yogyakarta-Surakarta-Surabaya.


Meski demikian tidak dapat dipungkiri juga ada candi yang terkubur dalam tanah. Beberapa candi di Jawa diketahui terkubur oleh lapisan lahar erupsi gunung berapi, misalnya Candi Kimpulan, Candi Sambisari, Candi Kedulan, Candi Payak, Candi Liyangan, Candi Losari, dan lain sebagainya. Penemuan candi-candi yang terkubur dalam tanah hingga kedalaman sampai tujuh meter ini juga pada umumnya karena tidak disengaja sebagai akibat dari pengolahan lahan pertanian atau perkebunan.


Masyarakat yang menemukan adanya indikasi benda cagar budaya kemudian melaporkan ke pihak berwenang, Balai Pelestarian Cagar Budaya yang kemudian ditindaklanjuti oleh Balai Arkeologi untuk dilakukan riset arkeologis.


Candi-candi memang tidak semuanya tersembunyi dalam tanah. Ada candi-candi yang memang diketahui keberadaannya oleh warga setempat tapi dibiarkan saja karena dianggap angker. Rasionalitas orang-orang barat dapat dikatakan yang menyelamatkan candi-candi ini dari kehancuran.


Selain itu, candi-candi yang didokumentasikan oleh orang-orang barat pada masa kolonial juga banyak yang sudah tidak diketahui lagi rimbanya pada masa kini. Hal itu disebabkan faktor penjarahan disamping pembukaan pemukiman baru di atas bekas candi. Salah satu contoh adalah hilangnya banyak candi dalam dokumentasi N.J. Krom di kawasan Prambanan karena pembukaan pemukiman baru.


Beberapa candi juga ada yang mengalami alih fungsi sebagai masjid atau pemakaman. Pada saat Islam mulai berkembang luas di Jawa, candi-candi di pesisir utara Jawa banyak yang beralih fungsinya menjadi pemakaman.


Dapat kita temukan ada beberapa candi di Semarang, Jepara, Kudus, Bojonegoro, Blora, Tuban, dan Lamongan yang beralih fungsi menjadi masjid serta pemakaman. Bahkan Kompleks Masjid dan Pemakaman Sunan Sendang Dhuwur di Lamongan pada masa lalu adalah Candi Hindu.


Hal ini yang akhirnya membuat candi menjadi tersembunyi karena sudah dihancurkan dan arca-arcanya dipendam dalam tanah. Keadaan candi menjadi makam ini tampaknya sudah menjadi tren dan tidak hanya terjadi di Jawa bagian selatan saja, namun juga tengah serta selatan.


Berdasarkan penjelasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua candi tersembunyi tanpa ada orang yang mengetahuinya selama berabad-abad. Candi yang tersembunyi di dalam tanah lebih disebabkan karena faktor alam seperti terkubur lahar dingin dan abu vulkanik sebagai akibat dari erupsi gunung berapi. Selain itu faktor alam lain yang mengubur candi adalah pendangkalan sungai sebagaimana contoh Candi Slumpang di DAS Bengawan Solo maupun Candi Banjarsari di DAS Brantas. Faktor lain yang membuat candi tersembunyi adalah alih fungsi karena ulah manusia.


* AR

Komentar