Badan kekar, muka galak, mata tajam. Pria-pria ini biasanya akan nongkrong di pinggir atau persimpangan jalan, mencari mangsa.
Profesi ‘mereka masih dianggap sebelah mata. Lantaran pekerjaan mereka dianggap mengganggu seperti preman.
Para debt Colector atau kata lain preman yang dipakai biasanya bekerja pada perusahaan penyedia layanan kredit. Sebab tugas mereka memang mengurus kreditur yang mangkir dari tugas mengangsur cicilan.
Misalnya seperti menagih para pemilik kendaraan kredit yang nunggak bayar cicilan. Tak sedikit pula DC (preman) yang sampai melakukan tindak kekerasan pada kreditur, lantaran sang kreditur tak bisa diajak kerja sama.
Pada akhirnya, banyak juga aksi DC (preman) yang berurusan dengan polisi karena bentrok dengan kreditur.
Susah juga ya kerjaan mereka?
Salah seorang DB(preman) mengaku bahwa berurusan dengan kreditur yang rese dan dikejar polisi adalah risiko pekerjaan. Mereka harus siap menanggung konsekuensi tersebut karena ada target yang harus dikejar.
Dari pantauan Media SuaraToraja dilapangan mendapati debt kolektor yang dipakai pihak leasing BFI cabang Tana Toraja memakai jasa preman untuk menarik mobil nasabah yang mandek/macet.
“Lumayan. Preman tersebut bisa dapat keuntungan 10 juta sampai Rp 15 juta sekali penarikan apalagi kalau konsumen tidak mau menyerahkan kendaraannya dan kalau angsurannya macet diawal angsuran itu lebih banyak lagi. Anis
